PELATIHAN MEMBATIK DAN KEMBAR MAYANG DALAM RANGKA MENUJU DESA TRANSMIGRASI MANDIRI BERBUDAYA
Transsumsel.com – Guna membangun kemandirian desa, pelestarian budaya lokal, serta pemberdayaan ekonomi, tim pengabdian kepada masyarakat FKIP Universitas Sriwijaya melakukan kegiatan pengabdian kepadamasyarakat (PKM). Tim ini diketuai oleh Bapak Ardi Saputra, S.Pd., M.Sc., dengan anggota Alghifari Mahdi Igamo, S.E., M.E., dan Muhsin Ilhaq, S.Sn. M.Sn., beserta mahasiswa Sintya Dewi, dan M. Maulana Aban Najwa. Kegiatan pengabdian tersebut merupakan program pengabdian kepada masyarakat dengan pendanaan dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi melalui Direktorat Riset, Teknologi, dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRTPM) anggaran 2024.
Kegiatan PKM ini diawali dengan pembukaan di Balai Desa Margotanii II Kecamatan Madang Suku II Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur pada tanggal 30 Agustus – 01 September 2024, yang dibuka secara langsung oleh Bapak Budiono selaku kepala Desa Margotani II dan dihadiri oleh perangkat desa, kelompok PKK, pemuda serta orang dewasa sebanyak kurang lebih 25 orang. Rangkaian kegiatan setelah pembukaan meliputi penyerahan alat-alat teknologi inovasi berupa paket lengkap alat batik cap dantulis, pelatihan mempromosikan produk, pelatihan membuat batik dan pelatihan membuat kembar mayang.
Ketua kegiatan PKM ini, Ardi Saputra, S.Pd., M.Sc. menyampaikan bahwa.
“setelah penyerahan alat membatik, lalu dilanjutkan dengan pemberian materi singkat mengenai pemberdayaan kelompok PKK melalui pelatihan membatik dan kembar mayang dalam rangka menuju desa transigrasi mandiri berbudaya. Yang kedua pelatihan membatik dengan teknik tulis dan membatik menggunakan teknik cap, dan yang ketiga yaitu pelatihan pembuatan kembar mayang.” Kata Ardi Saputra
Ardi Saputra, S.Pd., M.Pd. sebagai ketua PKM mengatakan, “kegiatan pelatihan ini memberikan keterampilan baru kepada anggota PKK, yang nantinya bisa dimanfaatkan untuk menciptakan peluang usaha. Dengan demikian, para perempuan di Desa Margotani II dapat mandiri secara ekonomi melalui produk batik yang mereka hasilkan. Dengan memberikan keterampilan baru kepada masyarakat, Desa Margotani II dapat tumbuh menjadi desa yang mandiri, tidak terlalu bergantung pada bantuan eksternal. Kemandirian ini sangat penting untuk mencapai tujuan sebagai desa transmigrasi yang mandiri berbudaya.
